Monday, September 6, 2010

Kursus PERCUMA Membina Website | Kembangkan Perniagaan Secara Online | Buat Duit dari Rumah


choc alert


♥Satisfy your love for shopping spree♥


Saturday, September 4, 2010

DINASTI SAUDI .


DINASTI SAUDI :

DARI MANA ASAL MEREKA?DAN SIAPA SESUNGGUHNYA NENEK-MOYANGNYA?

Penelitian dan pemaparan Mohammad Sakher: Setelah menemukan fakta-fakta di bawah ini, Rejim Saudi memerintahkan untuk membunuhnya.

Raja Saud-1957

Apakah anggota keluarga Saudi berasal dari Suku Anza bin Wa'il seperti pengakuannya? Apakah agama mereka Islam? Apakah mereka asli Bangsa Arab?

Di Najd, pada tahun 851 H serombongan bani Al-Masalikh, keturunan Suku Anza, membentuk sebuah kafilah dipimpin oleh Sahmi bin Hathlul, ditugaskan untuk membeli bahan makanan, biji-bijian gandum dan jagung ke Iraq. Ketika sampai di Bashra, mereka langsung menuju ke sebuah toko pakan yang pemiliknya seorang Yahudi bernama Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe. Ketika sedang berlangsung tawar-menawar, Yahudi si pemilik toko bertanya kepada mereka: "Berasal dari suku manakah Anda?". Mereka menjawab: "Kami berasal dari Bani Anza", salah satu Suku Al-Masalikh". Mendengar nama suku itu disebut,

orang Yahudi itu memeluk mereka dengan mesra sambil mengatakan bahwa dirinya juga berasal dari Suku Al-Masalikh, namun menetap di Bashra, Iraq karena permusuhan keluarga antara ayahnya dengan anggota Suku Anza lainnya.

Setelah Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe mengatakan kepada mereka ceritera yang direkayasa mengenai dirinya, dia kemudian memerintahkan kepada pembantunya untuk menaikkan barang-barang belanjaan kafilah itu ke atas Unta-unta mereka. Sikap Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe yang dinilai baik dan tulus itu membuat kagum rombongan bani Masalikh dan sekaligus menimbulkan kebanggaan mereka karena bertemu saudara sesama suku di Iraq - dimana mereka mendapatkan bahan makanan yang sangat mereka perlukan, mereka percaya kepada setiap kata yang diucapkan Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe, karena dia seorang pedagang kaya komoditi pakan, mereka menyukai Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe (walaupun sebenarnya dia bukan orang Arab dari suku Al-Masalikh, tapi seorang Yahudi yang berpura-pura)

Saat kafilah sudah siap akan kembali ke Najd, pedagang orang Yahudi itu meminta ijin menumpang dengan mereka pergi ke tempat asalnya, Najd. Permintaan pedagang Yahudi itu diterima dengan senang hati oleh rombongan bani Al-Masalikh.

Akhirnya Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe sampai di Najd. Di Najd ia mulai menyebarluaskan propaganda dirinya dibantu beberapa orang dari bani Al-Masalikh yang baru tiba bersama-'sama dia dari Bashra. Propagandanya berhasil, sejumlah orang mendukungnya, tetapi ditentang oleh yang lain dipimpin oleh Shaikh Saleh Salman Abdullah Al-Tamimi, ulama di kota Al-Qasim, yang wilayah dakwahnya meliputi Najd, Yaman dan Hijaz. Ia mengusir Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe ( nenek moyang Keluarga Saudi yang saat ini berkuasa ) dari kota Al-Qasim ke kota Al-Ihsa, di sana ia mengganti namanya menjadi Markhan bin Ibrahim Musa .

Kemudian dia pindah ke daerah Dir´iya dekat Al-Qatif. Di daerah ini dia mulai menyebarkan ceritera rekayasa kepada penduduk mengenai Perisai Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam yang dirampas sebagai rampasan perang oleh orang musyrik Arab sewaktu Perang Uhud. Perisai itu kemudian dijual oleh orang musyrik Arab kepada Suku Yahudi Bani Qunaiqa dan menyimpannya sebagai koleksi barang berharga. Perlahan tapi pasti, Markhan bin Ibrahim Musa menanamkan pengaruhnya di antara orang-orang Badui melalui ceritera fiktif yang hal ini memberitahu kita bagaimana berpengaruhnya suku-suku Yahudi di Arab dengan menempati kedudukan terhormat. Dia menjadi orang penting diantara suku Badui dan memutuskan untuk tetap tinggal di kota Dir´iya, dekat Al-Qatif kemudian memutuskan menjadikannya sebagai ibukota di Teluk Persia. Ia bercita-cita menjadikan kota itu sebagai batu loncatan untuk membangun kerajaan Yahudi di Tanah Arab.

Dalam rangka memenuhi ambisisnya, dia mulai mendekati dan mempengaruhi suku Arab Badui padang pasir untuk mendukung posisinya, kemudian menobatkan dirinya sebagai raja mereka.

Pada saat yang genting ini, Suku Ajaman bersama-sama dengan Suku Bani Khalid mencium bahaya Yahudi licik ini dan sangat mengkhawatirkan rencana jahatnya, karena dia telah dapat mengukuhkan identitasnya sebagai orang Arab. Mereka sepakat untuk menghentikannya, kemudian menyerang kota Dar'iya dan berhasil menaklukannya, tetapi sebelum menawan Markhan bin Ibrahim Musa, dia melarikan diri.

Dalam pelariannya, Yahudi nenek moyang Keluarga Saudi (Mordakhai) mencari perlindungan di sebuah perkebunan Al-Malibiid-Ghusaiba dekat Al-Arid, milik orang Arab. Sekarang kota itu bernama Al-Riyadh.

Mordakhai meminta perlindungan politik kepada pemilik perkebunan. Pemiliknya yang ramah itu kemudian segera memberikan tempat perlindungan. Namun belum juga sampai sebulan dia tinggal di perkebunan itu, Mordakhai membunuh pemilik beserta anggota keluarganya, kemudian mengarang ceritera bahwa mereka dibunuh oleh perampok. Dia juga mengaku telah membeli real estate dari pemiliknya sebelum kejadian tragis itu. Maka tinggallah dia disana sebagai pemilik tanah yang baru, kemudian daerah itu diberi nama baru Al-Di'riya, nama yang sama dengan tempat sebelumnya yang ia tinggalkan.

Yahudi nenek moyang Keluarga Saudi (Mordakhai) segera membangun sebuah "Guest House" yang disebutnya "Madaffa" di atas tanah yang direbut dari korbannya. Kemudian berkumpullah disekelilinya kelompok munafik yang mulai menyebarkan propaganda bohong bahwa Mordakhai adalah seorang Seikh Arab terkemuka. Mereka merencanakan membunuh Sheikh Saleh Salman Abdullah Al-Tamimi, musuh bebuyutan Mordakhai dan berhasil membunuhnya di sebuah mesjid di kota Al-Zalafi.

Mordakhai puas telah berhasil membunuh Sheikh Saleh Salman Abdullah Al- Tamimi, kemudian menjadikan Al-Dir'iya sebagai tempat tinggalnya. Di Al-Dir'iya dia berpoligami dan beranak'pinak, anak-anaknya diberi nama asli Arab.

Sejak saat itu keturunan dan kekuasaan mereka tumbuh berkembang di bawah nama Suku Saudi, mereka juga mengikuti jejak Mordakhai dan kegiatannya dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi serta berkonspirasi melawan bangsa Arab. Secara ilegal mereka menguasai daerah pedalaman dan tanah-tanah perkebunan, membunuh setiap orang yang mencoba menghalangi rencana jahat mereka. Untuk mempengaruhi penduduk di wilayah itu, mereka menggunakan segala macam jenis tipu daya untuk mencapai tujuannya: mereka suap orang-orang yang tidak sefaham dengan uang dan perempuan. Mereka suap penulis sejarah untuk menuliskan biografi sejarah keluarganya yang bersih dari kejahatan, dibuatkannya silsilah keluarga bersambung kepada Suku Arab terhormat seperti Rabi'?, Anza dan Al-Masalikh.

Seorang munafik zaman kiwari bernama Mohammad Amin Al-Tamimi - Direktur/Manager Perpustakaan Kontemporer Kerajaan Saudi, menyusun garis keturunan (Family Tree) untuk Keluarga Yahudi ini (Keluarga Saudi), menghubungkan garis keturunan mereka kepada Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam . Sebagai imbalan pekerjaannnya itu, ia menerima imbalan sebesar 35.000 (Tiga Puluh Lima Ribu) Pound Mesir dari Duta Besar Saudi Arabia di Kairo pada tahun 1362 H atau 1943 M. Nama Duta Besar Saudi Arabia itu adalah Ibrahim Al-Fadel.

Seperti disebutkan di atas, Yahudi nenek moyang Keluarga Saudi (Mordakhai), yang berpoligami dengan wanita-wanita Arab melahirkan banyak anak, saat ini pola poligami Mordakhai dilanjutkan oleh keturunannya, dan mereka bertaut kepada warisan perkawinan itu.

Salah seorang anak Mordakhai bernama Al-Maqaran, (Yahudi: Mack-Ren) mempunyai anak bernama Muhammad, dan anak yang lainnya bernama Saud, dari keturunan Saud inilah Dinasti Saudi saat ini.

Keturunan Saud (Keluarga Saud) memulai melakukan kampanye pembunuhan pimpinan terkemuka suku-suku Arab dengan dalih mereka murtad, mengkhianati agama Islam, meninggalkan ajaran-ajaran Al-Quran, dan keluarga Saud membantai mereka atas nama Islam.

Di dalam buku sejarah Keluarga Saudi halaman 98-101, penulis pribadi sejarah keluarga Saudi menyatakan bahwa Dinasti Saudi menganggap semua penduduk Najd menghina tuhan, oleh karena itu darah mereka halal, harta-bendanya dirampas, wanita-wanitanya dijadikan selir, tidak seorang islampun dianggap benar, kecuali pengikut sekte Muhammad bin Abdul Wahhab (yang aslinya juga keturunan Yahudi Turki). Doktrin Wahhabi memberikan otoritas kepada Keluarga Saudi untuk menghancurkan perkampungan dan penduduknya, termasuk anak-anak dan memperkosa wanitanya, menusuk perut wanita hamil, memotong tangan anak-anak, kemudian membakarnya.

Selanjutnya mereka diberikan kewenangan dengan Ajarannya yang Kejam ( Brutal Doctrin ) untuk merampas semua harta kekayaan milik orang yang dianggapnya telah menyimpang dari ajaran agama karena tidak mengikuti ajaran Wahhabi.

Keluarga Yahudi yang jahat dan mengerikan ini melakukan segala jenis kekejaman atas nama sekte agama palsu mereka (sekte Wahhabi) yang sebenarnya diciptakan oleh seorang Yahudi untuk menaburkan benih-benih teror di dalam hati penduduk di kota-kota dan desa-desa. Pada tahun 1163 H, Dinasti Yahudi ini mengganti nama Semenanjung Arabia dengan nama keluarga mereka, menjadi Saudi Arabia, seolah-olah seluruh wilayah itu milik pribadi mereka, dan penduduknya sebagai bujang atau budak mereka, bekerja keras siang dan malam untuk kesenangan tuannya, yaitu Keluarga Saudi.

Mereka dengan sepenuhnya menguasai kekayaan alam negeri itu seperti miliknya pribadi. Bila ada rakyat biasa mengemukakan penentangannya atas kekuasaan sewenang-wenang Dinasti Yahudi ini, dia akan di hukum pancung di lapangan terbuka . Seorang putri anggota keluarga kerajaan Saudi beserta rombongannya sekali tempo mengunjungi Florida, Amerika Serikat, dia menyewa 90 (sembilan pukuh) Suite rooms di Grand Hotel dengan harga $1 juta semalamnya. Dapatkah kita memberikan komentar terhadap pemborosan yang dilakukan keluarga kerajaan seperti itu, yang pantas adalah: Dihukum pancung di lapangan terbuka.

- Pada tahun 1960'an, pemancar radio "Sawt Al-Arab" di Kairo, Mesir, dan pemancar radio di Sana'a, Yaman, membuktikan bahwa nenek moyang Keluarga Saudi adalah Yahudi.

Kesaksian bahwa nenek moyang Keluarga Saudi adalah Yahudi:

- Raja Faisal Al-Saud tidak bisa menyanggah bahwa keluarganya adalah keluarga Yahudi ketika memberitahukan kepada the WASHINGTON POST pada tanggal 17 September 1969, dengan menyatakan bahwa: "Kami, Keluarga Saudi, adalah keluarga Yahudi: Kami sepenuhnya tidak setuju dengan setiap penguasa Arab atau Islam yang memperlihatkan permusuhannya kepada Yahudi, sebaliknya kita harus tinggal bersama mereka dengan damai. Negeri kami, Saudi Arabia merupakan sumber awal Yahudi dan nenek-moyangnya, dari sana menyebar ke seluruh dunia". Itulah pernyataan Raja Faisal Al-Saud bin Abdul Aziz.

Hafez Wahbi, Penasihat Hukum Keluarga Kerajaan Saudi menyebutkan di dalam bukunya yang berjudul "Semenanjung Arabia" bahwa Raja Abdul Aziz yang mati tahun 1953 mengatakan: "Pesan Kami (Pesan Saudi) dalam menghadapi oposisi dari Suku-suku Arab, kakekku, Saud Awal, menceriterakan saat menawan sejumlah Shaikh dari Suku Mathir, dan ketika kelompok lain dari suku yang sama datang untuk menengahi dan meminta membebaskan semua tawanannya, Saud Awal memberikan perintah kepada orang-orangnya untuk memenggal kepala semua tawanannya, kemudian mempermalukan dan menurunkan nyali para penengah dengan cara mengundang mereka ke jamuan makan, makanan yang dihidangkan adalah daging manusia yang sudah dimasak, potongan kepala tawanan diletakkannya di atas piring. Para penengah menjadi terkejut dan menolak untuk makan daging saudara mereka sendiri, karena mereka menolak untuk memakannya, Saud Awal memerintahkan memenggal kepala mereka juga. Itulah kejahatan yang sangat mengerikan yang telah dilakukan oleh orang yang mengaku dirinya sendiri sebagai raja kepada rakyat yang tidak berdosa, kesalahan mereka karena menentang terhadap kebengisannya dan memerintah dengan sewenang-wenang.

Hafez Wahbi selanjutnya menyatakan bahwa, berkaitan dengan kisah nyata berdarah yang menimpa Shaikh suku Mathir, dan sekelompok suku Mathir yang mengunjunginya dalam rangka meminta pembebasan pimpinan mereka yang menjadi tawanan Raja Abdul Aziz Al-Saud bernama Faisal Al-Darwis. Diceriterakannya kisah itu kepada utusan suku Mathir dengan maksud mencegah agar mereka tidak meminta pembebasan pimpinan mereka, bila tidak, mereka akan diperlakukan sama. Dia bunuh Shaikh Faisal Darwis dan darahnya dipakai untuk berwudlu sebelum dia shalat. (melaksanakan ajaran menyimpang Wahhabi).

Kesalahan Faisal Darwis waktu itu karena dia mengkritik Raja Abul Aziz Al-Saud, ketika raja menandatangani dokumen yang disiapkan penguasa Inggris pada tahun 1922 sebagai pernyataan memberikan Palestina kepada Yahudi, tandatangannya dibubuhkan dalam sebuah konferensi di Al-Qir tahun 1922.

Sistem rejim Keluarga Yahudi (Keluarga Saudi) dulu dan sekarang masih tetap sama: Tujuan-tujuannya adalah: merampas kekayaan negara, merampok, memalsukan, melakukan semua jenis kekejaman, ketidakadilan, penghujatan dan penghinaan, yang kesemuanya itu dilaksanakan sesuai dengan ajarannya Sekte Wahhabi yang membolehkan memenggal kepala orang yang menentang ajarannya.

Islam.


Saidina Umar Al-Khattab r.a sangat dibanggakan oleh seluruh umat Islam dan sangat digeruni oleh orang-orang musyrikin. Pada awalnya beliau sangat kuat menentang Rasulullah S.A.W dan merupakan seorang musuh Islam yang sangat berani menyeksa orang-orang Islam sehinggalah beliau sendiri memeluk agama Islam. Peristiwa pengIslaman Saidina Umar Al-Khattab bermula apabila pada suatu hari orang-orang Quraisy bermesyuarat bagi melantik seseorang untuk menjalankan usaha untuk membunuh baginda Rasulullah S.A.W. Umar menawarkan diri untuk memikul tanggungjawab itu. Tawaran beliau mendapat sorakan daripada hadirin memandangkan beliau merupakan panglima perang Quraisy yang paling terkemuka dan handal. Umar lantas menggalas pedangnya di tengkuk lalu lalu terus pergi untuk menyelesaikan tanggungjawab tersebut. Dalam perjalanan, beliau bertembung dengan Saad bin Abi Waqqas r.a dari Bani Zuhrah. “Mahu ke mana engkau wahai Umar?” “Aku mahu membunuh Muhammad!” jawab Umar. “Tidakkah engkau sedar bahawa Bani Hashim, Bani Zuhrah dan Bani Abdul Manaf akan bertindak balas membunuhmu”. Umar tersinggung dengan kata-kata yang dikeluarkan oleh Saad lalu menghunus pedangnya. Saad juga bertindak sedemikian untuk mempertahankan nyawanya sambil mengisytiharkan keIslamannya. Pertarungan hampir tercetus dan pada ketika itu Saad berkata: “Terlebih dahulu kamu perbetulkan urusan keluargamu. Adik perempuanmu dan iparmu telah memeluk Islam”. Mendengar sahaja berita itu, kemarahan Umar meluap-luap dan beliau menukar langkah untuk menuju ke rumah adiknya. Pintu rumah adiknya dikunci dari dalam dan kedua-dua adiknya sedang menerima pengajaran Al-Quran daripada Khabbab r.a. Umar mengetuk pintu dan memanggil adiknya supaya membuka pintu. Mendengar suara Umar, Khabbab r.a terus menyembunyikan dirinya dalam sebuah bilik. Beliau terlupa untuk membawa lembaran-lembaran Al-Quran. Apabila pintu dibuka, Umar terus memukul adiknya sambil berkata: “Wahai musuh kepada musuhmu sendiri. Kamu juga telah meninggalkan agama datuk nenek moyang kamu. Apa yang telah kamu lakukan? Siapakah pemilik suara asing yang aku dengar dari luar sana?’’.Adik iparnya menjawab:“Kami sedang bercakap antara satu sama lain”.Umar bertanya kepadanya:“Adakah kamu juga meninggalkan agama nenek moyang kamu danmemeluk agama baru itu?”.Adik iparnya menjawab:“Tetapi apa salahnya sekiranya agama yang kami anuti itu lebih baikdan benar?’’. Apabila mendengar sahaja jawapan daripada adik iparnya itu, Umar bertambah menyinga lalu memukulnya, menarik janggutnya dan membelasahnya dengan teruk. Apabila adik perempuannya mencelah, dia memukul muka adiknya begitu kuat sehingga mengalir darah dengan banyaknya. Adiknya meluahkan perasaannya:“Umar, kami dibelasah hanya kerana kami menjadi seorang muslim. Dengarlah! Bahawa kami berazam untuk mati sebagai seorang Islam. Kamu bebas melakukan apa sahaja terhadap kami kerana Allah sentiasa berada bersama kami”. Dia berasa menyesal dengan perbuatannya apabila melihat adiknya berlumuran darah. Matanya terpandang lembaran Al-Quran yang tidak sempat dibawa oleh Khabbab r.a. Lalu beliau cuba untuk mengambil lembaran Al-Quran untuk melihat apakah kandungannya. Adiknya berkata:“Tidak! Badanmu bernajis dan tidak seorang pun yang bernajis dibenarkan untuk menyentuh Al-Quran”. Umar mendesak ingin menyentuhnya tetapi adik perempuannya enggan membenarkan tindakannya kecuali beliau membersihkan dirinya terlebih dahulu. Akhirnya Umar akur. Setelah beliau mandi beliau mula membaca lembaran tersebut dan surah yang dibacanya ialah Surah Thaha. Beliau memulakannya daripada awal. Apabila sampai kepada ayat berikut, pemikirannya bertukar sama sekali: “Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku kerana itu, sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingati Aku”. (Surah Thaha : ayat 14)Lantas Umar bersuara: “Baiklah bawakan aku berjumpa Muhammad”. Apabila mendengar kata-kata ini, Khabbab pun keluar dari tempat persembunyiannya dan berkata:“Wahai Umar! Berita gembira untukmu. Semalam Rasulullah s.a.w telah berdoa kepada Allah.”Ya Allah! Perkuatkanlah Islam melalui Umar atau Abu Jahal, sesiapa yang Engkau kehendaki”.Nampaknya doa Rasulullah ini diperkenankan untukmu”. Umar pun pergi menemui Rasulullah s.a.w lalu terus memeluk Islam pada pagi Jumaat. PengIslaman Umar memberikan pukulan hebat kepada semangat orang-orang musyrikin. Namun begitu bilangan umat Islam masih kecil untuk mengimbangi seluruh negeri yang memusuhi mereka. Orang musyrikin melipatgandakan usaha mereka untuk menghancur leburkan dan melenyapkan Islam sama sekali. Dengan kehadiran Umar r.a, orang Islam telah mula berani untuk menunaikan solat di Tanah Haram.Abdullah bin Mas’ud berkata:“PengIslaman Umar adalah satu kejayaan yang sangat besar. Penghijrahannnya ke Madinah menambahkan kekuatan dan pengkhalifahannya mendatangkan sebesar-besar rahmat kepada orang Islam”. Ketakutan Umar Terhadap Allah Suatu ketika beliau sedang sibuk dengan satu pekerjaan yang penting. Pada ketika itu, datang seorang membawa pengaduan mengenai suatu hal kecil agar beliau dapat menyelesaikannya. Umar r.a lalu memukul bahu pemuda itu sambil berkata:“Apabila aku duduk untuk menerima perkara tersebut, kamu tidak datang menemuiku tetapi apabila aku sibuk dengan lain-lain perkara yang penting kamu mencelahiku dengan perkara remeh temeh”. Pemuda itu pun pergi dari situ. Tetapi Umar r.a memanggilnya kembali dan memberinya cemeti lalu berkata:“Pukullah aku dengan cemeti ini supaya kesalahanku terbalas”.Pemuda itu berkata;“Aku maafkan kamu kerana Allah”. Umar r.a pulang ke rumahnya lalu bersolat taubat dua rakaat serta mencela dirinya sendiri:“Wahai Umar! Kamu dahulukan hina maka Allah mengangkat darjatmu, kamu sesat tetapi Allah telah memberikan kamu hidayah kepadamu, kamu dulu sangat mengaibkan tetapi Allah memuliakan kamu serta mengurniakan kamu kekuasaan terhadap orang lain. Sekarang apabila salah seorang datang kepadamu mengadu mengenai sesuatu kesalahan yang telah dilakukan terhadapnya untuk diselesaikan, kamu memukulnya? Apakah jawapan yang akan kamu berikan di hadapan Allah kelak?”. Beliau menangis begitu lama seperti tangisan kanak-kanak kecil.Suatu hari Umar membuat rondaan biasanya ke Harrah bersama hambanya Aslam. Nun jauh di sana kelihatan suatu cahaya api. Beliau berkata:“Mungkin di sana ada sebuah khemah. Mungkinkah suatu khalifah yang tidak dapat memasuki Bandar kerana waktu telah gelap. Marilah kita melihat hal mereka dan menguruskan keselamatan yang perlu untuk mereka”. Apabila tiba di sana didapati seorang wanita dan beberapa orang kanak-kanak sedang menangis. Sebuah periuk berisi air sedang terjerang. Umar menyapanya dengan salam dan dengan keizinan daripada wanita itu beliau datang menghampirinya. Lalu Umar bertanya: “Mengapa kanak-kanak itu menangis?”. Wanita itu tidak mengenali Umar dan dia menjawab pertanyaan Umar dengan sedih: “Mereka lapar”. “Apakah yang ada dalam periuk?”. Umar bertanya.“Hanyalah air dijerang bagi mendiamkan kanak-kanak itu agar mereka pergi tidur dengan harapan makanan sedang disiapkan untuk mereka apabila meraka bangun nanti. Ah! Allah akan mengadili Umar pada hari kiamat kelak kerana membiarkan aku dalam kesusahan”, kata wanita itu.Umar menangis apabila mendengar kata-kata wanita itu.“Semoga Allah merahmatimu. Bagaimanakah Umar dapat mengetahui kesusahanmu ini?’. Wanita itu menjawab: “Apabila dia menjadi amir kami, dia perlulah tahu mengenai kami”. Umar pun kembali ke Bandar dan terus ke Baitul Mal. Beliau mengisi tepung, kurma, lemak dan pakaian serta wang dinar ke dalam karung. Apabila telah siap diisi beliau berkata kepada Aslam: “Sekarang letakkanlah karung ini di belakangku wahai Aslam”. Aslam enggan lalu menjawab: “Wahai Amirul Mukminin, biarlah aku sahaja yang memikulnya”. Umar enggan mendengar kata-kata Aslam malah beliau mendesaknya agar membenarkannya memikul barang itu di atas pundaknya sambil berkata:“Apa! Mahukah kamu memikul beban dosaku pada hari akhirat? Aku mesti membawa karung ini kerana aku akan disoal mengenai wanita ini pada hari akhirat kelak”. Dengan perasaan yang berat Aslam meletakkan barang tersebut di atas belakang Umar lalu bergerak pantas ke khemah wanita tadi. Aslam mengikut beliau dari belakang. Beliau memasukkan sedikit tepung, kurma dan lemak ke dalam periuk dan mengacaunya. Beliau menghidupkan api untuk memasaknya.Aslam berkata; “Aku lihat asap melalui celah-celah janggut Umar yang tebal”. Seketika kemudian masakan tersebut siap. Beliau sendiri yang melayani keluarga itu. Setelah kenyang beliau menyimpan bakinya untuk kegunaan mereka di kemudian hari. Kanak-kanak tersebut sangat gembira setelah memperolehi makanan dan mereka bermain dengan riangnya selepas itu. Wanita itu sangat gembira dan berkata: “Semoga Allah memberi ganjaran kepadamu kerana kebaikanmu. Selayaknya kamulah yang mengambil tempat Umar sebagai khalifah”. Beliau duduk seketika di suatu penjuru yang berdekatan sambil memerhatikan kanak-kanak tersebut. Kemudian kembali ke Madinah. Dalam perjalanan pulang beliau berkata kepada Aslam: “Tahukah kamu Aslam, mengapa aku duduk di situ? Aku telah melihat kesusahan mereka, maka begitulah juga aku mahu melihat mereka riang dan ketawa untuk seketika”. Dikatakan bahawa tatkala Umar mengimami solat Fajar, beliau selalu membaca Surah Kahf, Thaha dan lain-lain surah sambil menangis begitu kuat sehingga kedengaran tangisannya sehingga ke beberapa saf di belakangnya. Suatu ketika beliau membaca Surah Yusuf dalam solat Fajar sampailah beliau ayat 86 yang bermaksud: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui”. Lantas beliau menangis bersungguh-sungguh sehingga tidak boleh meneruskannya lagi. Dalam solat Tahajjudnya kadang kala beliau akan jatuh dan mendatangkan keuzuran disebabkan terlampau banyak menangis. Bayaran Bantuan Harian Kepada Umar Umar juga hidup dengan berniaga. Apabila beliau dilantik menjadi khalifah selepas Saidina Abu Bakar, beliau pun mengumpul orang ramai dan berkata kepada mereka:“Aku menyara hidupku dengan berniaga. Disebabkan kamu semua telah melantikku sebagai khalifah, aku tidak dapat lagi pergi berniaga. Jadi bagaimana dengan saraanku sekarang?”. Berbagai saranan diberikan agar bayaran harian daripada Baitul Mal diberikan kepadanya. Ali r.a tidak berkata apa-apa. Lalu Umar pun meminta pandangannya:“Wahai Ali! Apakah pendapat kamu?” Beliau menjawab:“Aku cadangkan agar sejumlah wang diambil mencukupi bagi keperluan keluargamu”. Umar menerima cadangannya dan jumlah bayaran harian yang sederhana ditetapkan untuknya. Kemudian beberapa orang termasuk Ali, Uthman, Zubair dan Talhah mencadangkan agar bayaran itu ditambah kearana bayaran sebelum itu jauh daripada mencukupi. Tetapi tiada seorang pun yang berani mengesyorkannya kepada Umar r.a. Mereka pun berjumpa dengan Ummul Mukminin Hafsah, anak perempuannya dan memintanya mendapatkan persetujuan daripada Umar tanpa menyebutkan nama orang-orang yang mengesyorkannya. Apabila perkara ini dibawa oleh Hafsah, Umar menjadi begitu marah dan berkata: “Siapakah yang mengesyorkan perkara ini?”Hafsah menjawab: “Berikan pendapatmu dahulu”.Umar:“Jika aku mengetahui mereka, nescaya aku akan ku tampar muka mereka. Hafsah! Ceritakanlah kepadaku pakaian Rasulullah yang terbaik yang ada di rumahmu?”Hafsah:“Sepasang kain kemerah-merahan yang dipakai oleh Rasulullah pada hari Jumaat atau tatkala menerima perutusan”.Umar:“Apakah jenis makanan yang terbaik yang pernah dimakan oleh Rasulullah di rumahmu?”Hafsah:“Kami makan roti barli biasa. Pada suatu hari daku telah menyapu sekeping roti daripada bekas minyak sapi dan baginda makan dengan penuh selera dan menyungguhkannya kepada orang lain”.Umar:“Apakah jenis hamparan tidur yang terbaik yang digunakan oleh Rasulullah di rumahmu?”Hafsah:“Sehelai kain tebal. Pada musim panas ia dilipat empat dan pada musim sejuk ia dilipat dua, sebahagian dijadikan selimut untuk menutupinya”.Umar:“Hafsah! Pergilah beritahu orang-orang ini bahawa Rasulullah telah menunjukkan satu tauladan peribadinya. Aku mesti ikut teladan itu. Perumpamaan bagi kami bertiga yakni aku, Rasulullah dan Abu Bakar adalah seumpama tiga orang yang bermusafir melalui sebatang jalan yang sama”. Orang yang pertama (Rasulullah) yang memulakannya dengan perbekalan dan telah mencapai matlamatnya. Yang kedua (Abu Bakar) mengikuti jejaknya dan telah bertemu dengannya. Sekarang orang yang ketiga sedang dalam perjalanan. Jikalau dia menuruti jejak mereka nescayalah dia juga akan bertemu dengan mereka. Jika tidak menyimpanglah dia. Suatu ketika beliau terlewat untuk solat Jumaat lalu beliau memberitahu jemaah :“Maafkan aku tuan-tuan semua. Aku terlewat disebabkan pakaianku sedang dibasuh dan aku tidak punya pakaian lain”. Suatu ketika beliau sedang menghadapi makanan, seorang sahabat‘Utbah bin Abi Farqad meminta izin untuk berjumpa dengannya. Beliau mengizinkannya dan menjemputnya makan bersamanya. ‘Utbah pun mulalah makan tetapi roti terlalu kasar sehinggalah beliau tidak dapat menelannya. Beliau pun bertanya:“Kenapa tuan tidak menggunakan tepung yang lebih baik untuk rotimu wahai Umar?” Beliau berkata:“Adakah setiap orang Islam mampu memperolehi tepung yang baik untuk membuat rotinya?” Lalu ‘Utbah menjawab: “Tidak. Tidak semua orang Islam mampu untuk berbuat sedemikian”. Umar berkata lagi:“Oh! Kamu ingin agar aku mengecapi segala kelazatan ketika aku masih di dunia”. Begitulah antara kisah mengenai kezuhudan para sahabat nabi. Dengan menjadikan sahabat nabi sebagai contoh, sekurang-kurangnya kita merasa malu untuk berlumba-lumba di antara satu sama lain dalam mengejar kemewahan duniawi. Kecintaan Terhadap Rasulullah s.a.w Sesiapa pun tidak dapat menafikan keberanian, ketabahan dan kekuatan Umar yang apabila disebutkan namanya sahaja bisa menggentarkan hati dengan penuh ketakjuban dan penghormatan walaupun itu semua sudah berlalu lebih 1400 tahun dahulu. Sebelum Umar memeluk Islam, penyeruan dan pengakuan iman tidak dapat dilakukan secara terang-terangan. Sebaik sahaja beliau memeluk Islam, mulalah orang-orang Islam bersolat di Tanah Haram kerana seorang pun tidak berani mendatangkan mudarat apabila Umar berada di belakang mereka. Walaupun ciri-ciri kepimpinan ada terdapat pada Umar, namun gelombang kejutan dengan kewafatan Rasulullah s.a.w sukar dibendungnya. Beliau berdiri dengan pedang terhunus di tangannya, bingung dan keliru sambil berkata:“Daku akan memancung kepala sesiapa sahaja yang berkata Rasulullah telah wafat. Rasulullah hanya pergi menemui Tuhannya sebagaimana Musa a.s pergi ke Bukit Thur. Baginda akan segera kembali dan akan mengerat tangan dan kaki mereka yang menyebarkan berita palsu mengenai kewafatannya”. Sementara itu Uthman terpegun dan sedih dengan kejadian ini. Sepatah perkataan pun tidak terekeluar dari mulutnya sehinggalah keesokan harinya. Beliau mundar mandir seolah-olah kehilangan kata-kata. Ali dalam keadaan yang berdukacita yang teramat sangat. Beliau kaku tanpa bergerak-gerak. Hanyalah Abu Bakar, didorong dengan cinta kasih terhadap Rasulullah tetap teguh seumpama batu menghadapi keadaan berdukacita. Beliau tidak kehilangan punca. Dengan tenang beliau masuk ke rumah Rasulullah lalu mencium dahi baginda. Kemudian beliau muncul kembali kepada orang ramai. Katanya seperti firman Allah: “Muhammad itu hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad). Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. (Surah Ali Imran : ayat 144)

Maktiti's blog


Tuesday, June 8, 2010

~~Doa~~


BISMILLAHIRAHMANIRAHIM...
Ya Allah,
sebagai mana
Engkau pernah menghantar burung² ababil
untok menghancurkan tentera bergajah
musrikin.
maka kami memohon padamu Ya Allah,
turunknlah bantuan mu kali
ini kepada orang² Islam di Palestin,
hancurkanlah rejim zionis sedahsyat
dahsyatnya
..Amin Ya Robal Alamin

Saturday, June 5, 2010

~Aku wanita~

Get this widget | Track details | eSnips Social DNA

Wednesday, May 26, 2010

Niat hati tak nak berpisah.

Sayang


Andai seseorang sayang kan kita..tak mudah dia lepaskan kita pergi.....

tp bila kita x ada dihati dia...dgn mudah dia lepas kan kita pergi.....

20 April Tahun Gajah


Nabi Muhammad SAW. telah dilahirkan pada 12hb Rabiul Awal
bersamaan 20hb April tahun Gajah.

Tuesday, May 25, 2010

Menahan kemarahan.


"Dan orang-orang yang menahan kemarahannya dan memaafkan kesalahan orang. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS.Ali Imron:134).

Saturday, March 27, 2010

Salam



Welcome to my blog.
 
Copyright 2009 Villa Mak Titi.. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase